Buku Terbaru

The Five Golden Characters Kader IPM


Menyambung lidah salah seorang Ketua PP IPM Bidang Advokasi, IPMawan Muhammad Abid Mujaddid. Katanya kurang lebih begini "Pimpinan Ranting itu diberi materi syahadat, yaitu bagaimana mengenal dan memahami Islam, Muhammadiyah dan IPM, lanjut Pimpinan Cabang dengan materi sholat yaitu waktunya bergerak untuk menghasilkan hal produktif, kemudian Pimpinan Daerah dengan materi puasa, setelah kenal serta diimplementasikan dengan gerakan, maka sudah mulai masuk zona yang lebih menantang, maka dari itu pimpinan harus lebih bersabar (puasa), lebih tinggi lagi Pimpinan Wilayah dengan materi Zakat, sudah saatnya kader IPM sebagai wakil dari pimpinan pusat menjadi orang yang dermawan, ringan tangan, ringan ilmu tuk diberikan, merasakan apa yang saudara di lingkungam bawah (PR, PC, PD) rasakan, agar dapat memberikan solusi untuk kewilayahannya yang ia pimpin atas penerjemahannya dari keputusan pusat untuk disampaikan ke PR, PC, dan PD. Dan terakhir yaitu Pimpinan Pusat dengan materi haji, yap! Bila mampu! Karna kalau tidak mampu jangan coba-coba. Mampu dari segi materi maupun mental dan fisik. Ibadah haji mendidik umat muslim dalam segala aspek, baik pemahaman, pergerakan, kesabaran, kedermawanan, dan lain sebagainya. Sehingga jika sudah melaksanakan haji, diharapkan seorang tersebut menjadi pribadi yang hebat serta menjadi teladan bagi pimpinan di bawahnya (PR, PC, PD, dan PW)."

Pimpinan Ranting, dengan perkaderan paling dasar yaitu Forum Ta'aruf Siswa (FORTASI) harus sudah membuat calon kader IPM bisa bersyahadat (kenal dan yakin) bahwa ia adalah kader Islam, kader Muhammadiyah, dan kader IPM. Tidak ada lagi keragu-raguan dalam ber-Islam, ber-Muhammadiyah, dan ber-IPM. Kalau dibandingkan, seharusnya kader IPM ranting adalah kader yang paling semangat dalam meneriakkan yel-yel takbir, CAD (cucunya Ahmad Dahlan) dan yel-yel IPM jaya! Karna mereka adalah kader yang baru lahir, energinya masih banyak dan baru, ideologinya baru saja ditanamkan. Walaupun hanya sekedar yel-yel, tapi itu akan mempengaruhi jiwanya, paling tidak ia mengakui bahwa Allah itu Maha Besar, bahwa ia adalah cucunya pendiri Muhammadiyah, dan ia siap membuat IPM untuk berjaya. Selain bersyahadat secara lisan itu juga, syahadat harus ditanamkan dalam hati yang kuat agar tidak terpengaruh dengan ideologi lain yang bertentangan dengan ideologi Islam sebagai Agama, Muhammadiyah sebagai Gerakan, dan IPM sebagai organisasi pelajar. Selain itu, syahadat juga berarti pemahaman tentang Islam, Muhammadiyah dan IPM. Kader IPM ranting tidak boleh bingung terhadap apa itu IPM dan tugasnya di IPM. Kader IPM ranting harus memahami secara betul apa tujuan IPM dan bagaimana mencapai tujuan tersebut sehingga ketika ia berada di pimpinan yang di atasnya tidak akan bingung lagi.

Kemudian Pimpinan Cabang, dengan perkaderan dasar Taruna Melati 1 yang diberikan materi tentang Thaharah dan Sholat. Setelah di PR, kader IPM sudah bersyahadat, yakin dan tegas menyatakan bahwa ia adalah IPM. Maka selanjutnya ia adalah Pimpinan Cabang. Walaupun sebenarnya ketika di ranting ia sudah dikader di TM 1, juga diberi materi Thaharah dan Sholat, tetapi, kader IPM ranting gerakannya hanya sebagai gerakan perkenalan bak bayi yang baru menjadi balita hanya bisa merangkak dan berdiri dengan berpegang pada benda lain. Gerakan IPM di ranting adalah gerakan yang masih perlu dibina, diajari untuk menjadi gerakan yang sempurna yang sesuai dengan keinginan IPM. Berbeda dengan Pimpinan Cabang, Thaharah bagi kader PC IPM adalah pensucian diri terhadap apa yang ia lakukan ketika di ranting, kekurangan yang telah ia lakukan, atau gerakan yang selama di ranting masih diturun tangani oleh bapak atau ibu guru pembina IPM. Sekarang kader IPM di tingkat cabang harus berusaha lebih baik lagi dalam bergerak, pergerakannya juga harus seperti halnya sholat. Gerakan IPM bak sholat yaitu gerakan yang produktif artinya ada manfaatnya, gerakan yang berjama'ah atau kolektif, tidak sendiri-sendiri, gerakan yang didasari atas dasar keimanan atau pemahaman (Islam, Muhammadiyah, dan IPM). Sehingga dengan gerakan IPM yang bersifat thaharah dan sholat tersebut diharapkan kader IPM menjadi ihsan.

Pimpinan Daerah, adalah kader yang sudah mengenyam perkaderan TM 2 dengan salahsatu materinya yaitu puasa. Di lingkup kedaerahan, kader IPM yang sudah bersyahadat, dan sudah melakukan gerakan, harus sadar bahwa tidak semudah itu ber-IPM. Bahwa syetan-syetan itu tidak tinggal diam melihat kader-kader IPM bergerak amar ma'ruf nahi munkar. Di lingkup daerah atau kota, godaan syetan lebih besar, sudah mulai jabatan menggoda para kader IPM, uang hibah tak lupa juga menjadi sasaran bagi anggota IPM yang tidak sanggup berpuasa. Kader IPM di tingkat daerah adalah kader yang berpuasa. Berpuasa dari godaan jabatan dan ketenaran, baik jabatan di IPM sendiri maupun di luar IPM (KNPI). PD IPM adalah organisasi IPM yang membawahi PC dan PR IPM, hati-hati kalau sudah rabun dengan ketenaran atas kekuasaan membawahi PC dan PR IPM. Hal tersebut dapat mengurangi value jihad kita di IPM. Juga terhadap harta hibah yang pasti akan diterima oleh IPM. Tentu saja hal itu sangat menggoda keimanan kader, jangan sampai kader IPM berjihad di IPM bak perang uhud, yang berperang hanya mengincar harta rampasan semata. Diharapkan kader IPM daerah adalah orang yang mempergunakan jabatan dan harta itu juga keperluan berjuang di jalan Allah. Bi amwalihim wa anfusihim.

Pimpinan Wilayah, adalah kader yang sudah diikutsertakan dalam perkaderan tingkat madya yang bernama Taruna Melati 3. Di TM 3 itu diberikan materi zakat, dengan maksud dan harapan agar kader IPM wilayah dapat menerjemahkan keputusan pusat untuk didermakan atau dizakatkan ke pimpinan di bawahnya (PR, PC, PD) agar menjadi pedoman dalam bergerak sesuai dengan tuntunan IPM yang diputuskan PP dan diterjemahkan PW agar dari ranting sampai wilayah IPM bergerak sesuai alur sehingga terjadi konektifitas dan tercapainya tujuan utama IPM. Kader IPM wilayah juga adalah kader yang siap berbagi ilmunya ke kader di bawahnya, sudah siap menjadi narasumber utama sebuah pelatihan dan seminar. Kader IPM wilayah juga harus memiliki kesederhanaan yang tinggi dan suka menjalin hubungan yang baik dengan IPM ranting smpai daerah (turba). IPM wilayah tidak boleh jaim (jaga image) dan merasa tinggi ketika di PW IPM. Ingatlah, bahwa dengan zakat artinya kita merasakan kondisi orang yang berada di kalangan bawah. Jadi, kader IPM wilayah, walaupun punya jabatan tinggi di IPM jangan sampai membuat gap atau jarak antara PR, PC, PD, dengan PW IPM. Jabatan di IPM bukanlah alasan untuk menjaga jarak, tetapi jabatan IPM adalah amanah, dan bukan untuk meninggi-ninggikan status sosial.

Terakhir Pimpinan Pusat IPM, dalam SPI tidak ada materi haji pada perkaderan paripurna Taruna Melati Utama. Sebab haji adalah ibadah yang komfrehensif. Di sana ada syahadat, ada sholat di masjidil haram, puasa arafah, dan zakat atau kedermawanan dalam bentuk ibadah qurban. Hal ini menegaskan bahwa kader IPM di tingkat pusat adalah kader yang sudah paripurna dan komfrehensif. Tidak diragukan lagi syahadatnya, thaharah dan sholatnya, puasanya, dan zakatnya. Kader IPM di tingkat pusat adalah kader yang ideologinya kuat, gerakannya menjadi contoh bagi IPM di seluruh jenjang tingkatan, ketahanan dan kesabarannya kuat, jangankan jabatan di tingkat daerah atau kota, di tingkat pusat saja bisa ia taklukkan, kedermawanannya baik aspek harta, jiwa, maupun ilmunya adalah senjatanya, jangan ragukan kader IPM di pusat mengorbankan hartanya untuk tinggal berdomisili di Jakarta atau Jogjakarta hanya untuk IPM, atau jiwanya yang siap dilesatkan ke seluruh penjuru Indonesia bak anak panah, dan ilmunya yang siap ia bagi ke seluruh Indonesia.
Begitulah the five golden character kader IPM di tingkat ranting sampai pusat. Semoga menjadi pedoman bagi pimpinan IPM dan pedoman pelaksanaan perkaderan Taruna Melati.

Penulis : Agus Syukran (Ketua Perkaderan PW IPM Kalsel)
Sumber: https://agusyukran.blogspot.com/2019/03/the-five-golden-characters-kader-ipm.html

No comments