Buku Terbaru

Remodel IPM Kalimantan Selatan


Oleh : Al Bawi *

KILAS BALIK
26-28 April 2019 di Kabupaten Banjar merupakan momentum bersejarah yang tertulis dalam lembar abadi, sebuah permusyawaratan tertinggi di adakan IPM Kalimantan Selatan di laksanakan satu kali dalam satu periode yaitu Musyawarah Wilayah IPM Kalimantan Selatan. Bicara IPM Kalimantan Selatan artinya bicara persoalan dari daerah hulu hingga pesisir pantai Kalimantan Selatan, yang dimana ada ±700 Kader terhitung sejak 2016 yang tersebar di seluruh penjuru Meratus. 

Pasca Musyawarah 18 di Banjarbaru, merupakan titik balik kembalinya kekuatan PW IPM Kalimantan Selatan dengan dinamika yang beragam mulai dari pergantian posisi dalam struktural dan mulai memecahkan permasalahan IPM secara kewilayahan dan penguatan melalui agenda perkaderan formal yang mulai dimassifkan, seakan tuntutan zaman yang membuat pengurus wilayah harus kerja ekstra dalam mengedepankan agenda terbaik yang dahulu sang pena ini mulai redup karena mulai matinya pergerakan di Daerah sehingga berdampak kepada cabang dan ranting sekaligus menjadi resiko besar yang harus diambil oleh PW IPM Kalimantan Selatan di periode 2014-2016 yang di nahkodai oleh M.Abid Mujaddid sebagai ketua umum. Seiring berjalannya waktu didapati banyak ide serta gagasan yang tumbuh untuk mencari solusi dari gudang permasalahan IPM Kalimantan Selatan yang saat itu masih seperti anak muda yang baru menginjak usia remaja penuh dengan drama dan labilisasi keanggotaan, solusi demi solusi mulai ditempuh periode tersebut memulai dengan arah gerak yang mencoba menanamkan kembali jati diri kader yang dahulu sempat redup dengan proses yang panjang dan melelahkan dimulai dari hulunya Kalimantan Selatan sampai dengan ujung Kalimantan Selatan paling tenggara dengan pulau kecil dari gugusan pulau besar Kalimantan menjadi rujukan serta semangat dalam mengobarkan api perjuangan IPM Kalimantan Selatan serta bermuaranya satu komunitas literasi yang menjadi role model untuk periodeisasi selanjutnya yaitu Komunitas Teaching and Trip.

Periode Musywil 2016-2018 di pelaihari merupakan agenda yang ditempuh hasil dari perbaikan arah gerak dan merapikan semua sistem dalam tubuh IPM Secara menyeluruh dengan rujukan KONPIDA di Martapura sampai dengan PKM-TM 3 di Mandingain adalah formula yang di  campur sesuai dosis kader IPM Kalimantan Selatan yang masih dalam perjalanya menggali kebingungan dalam menjalankan roda Organsiasi. Periodeisasi hasil keputusan Musywil 19 di Pelaihari yang di nahkodai oleh Faisal Akbar merupakan model yang mencoba kembali meraba pembangunan IPM Kalimantan Selatan dengan muncul kembalinya IPM Hulu Sungai Utara dan terbentuknya IPM di Hulu Sungai Selatan merupakan langkah strategis guna memperbanyak massa dan kader di penjuru Kalimantan Selatan. Di samping itu agenda rutin dan formal menjadi habbitus  dalam membuat sebuah kebijakan, IPM Kalimantan Selatan yang mencoba ranah struktural nampaknya membawa kesan serta dinamika tersendiri yang masih berjalan di tataran PW IPM Kalimatan Selatan mulai dari pergantian posisi sangat diperlukan karena mencoba formula yang tepat sangat diperlukan dalam expreriment sehingga menghasilkan goals yang signifikan dalam menjalankan roda organisasi. 

Konpiwil 2018 di Banjarmasin memulai habbit baru yaitu mencoba merangkul dan mencari tahu secara mendalam bagaimana tanggapan tentang perkembangan IPM Kalimantan Selatan melalui wawancara dan angket yang disebar kepada seluruh kader IPM di Kalimantan Selatan. Yang menghasilkan banyak data dan fakta terbaru tetang IPM Kalimantan Selatan merupakan titik baliknya kegelisahan seluruh kader dari semua ranah struktural. Yaitu persoalan akses informasi dan edukasi yang kurang merata bagi seluruh kader IPM, yang dimana mereka mengalami kebuntuan berfikir dalam menjalankan IPM secara komprehensif. Kegelisahan ini menjadi rekomendasi besar serta alur yang dibawa sampai menuju  Musywil XX di Martpura nanti.

MODEL IDEOLOGI
Dari hasil kajian tim materi Konpiwil Banjarmasin dan kajian tim materi Musywil XX menemukan titik permasalahan yang harus dipecahkan dalam segera karena ini akan berdampak kepada periodeisasi yang selanjutnya. Yaitu persoalan ideologi kader yang belum matang di semua tataran pimpinan dan di semua sektor perkaderan Formal. Mengapa demikian karena edukasi yang massif merupakan kendala yang menjadi tiitk kelemahan dalam menjalankan roda organisasi sehingga berdampak kepada tugas pokok dan fungsi menjalankan bidang. Permasalahan dasar harusnya sudah menjadi perdebatan pada tahaun 90-an, ranah besar yang dibangun oleh PP IPM saat ini adalah model kolaborasi dan karya melalui aktivitas individu maupun berbasis komunitas kultural yang kalau dilaksanakan ke dalam IPM Kalimantan Selatan akan mengalami bertambahnya kebingunan. Oleh sebab itu melalui gagasan remodel dengan penguatan identitas serta penguatan di tataran edukasi secara massif diimbangi dengan pergerakan kultural yang matang akan menghasilkan irama yang indah karena kita mulai dalam memperbaiki dan juga bisa mengimbangi perjalanan dinamika secara IPM Nasional.

Strategi kultural merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan persoalan IPM Kalimantan Selatan secara perlahan karena kader IPM hari ini adalaah generasi modern yang memerlukan sentuhan memper-muda diri dengan passion sesuai dengan tuntutan zaman yaitu kader muda ini notabanenya adalah generasi Z yang lahir pada tahun 2000-an. Strategi kulturual berbasis individu dengan mengenyampingkan formalitas dalam berorganisasi menjadikan kader tidak cepat bosan dan anti-peduli terhadap IPM, karena IPM yang dibawa sesuai dengan Based on Hobby sehingga pendekatan serta edukasi tentang tugas pokok dan fungsi dalam menjalankan organisasi akan dipermudah melalui jalan kultural yang memotong jalan birokrasi formalitas.

HARAPAN
High Hopes (Harapan Besar) judul lagu dari Band Panic! at the disco, menjadi topik yang menarik dari beberapa harapan besar untuk IPM Kalimantan Selatan pasca Musywil XX. Harapan besar atau yang lebih akrab di dengar kebijakan jangka panjang selama 10 tahun menjadi pegangan yang dipakai di periodeisasi berikutnya untuk menjalankan model yang sesuai  dengan jalannya tahapan serta pencapaian yang dilakukan IPM Kalimantan Selatan secara tersistem dan berkelanjutan. Tulisan ini bukan judgetifikasi dalam merendahkan harkat martabat IPM Kalimantan Selatan melainkan ini adalah sejarah yang terjadi dan harus di akui secara signifikan, sehingga kader berikutnya memahami dan menguatkan agenda IPM Kalimantan Selantan menjadi lebih baik sehingga posisi IPM Kalimantan Selatan hari ini bisa di perhitungkan oleh IPM yang ada di Seluruh Indonesia.

*)Penulis merupakan Tim Materi Musywil XX IPM Kalimantan Selatan

No comments